WELCOME TO MY WORLD

every dark light is followed by a light morning

Sabtu, 03 November 2012

Kata Hati

Pengumuman dari bibirnya langsung membuatkau kaku. Bagaimana bisa dia secepat itu dengan Argi. Aku lengah. Ya, Tuhan. Ini tidak mungkin terjadi.
"Keyla, pj donk berarti!" celetuk Ringgi, perempuan jangkung di sebelahnya.
"Iya, pokoknya kita nggak mau tau. Lo harus traktir kita ya." seru teman-temannya yang lain.
Aku terkulai lemas. Keylaku...


Malam sunyi dua minggu lalu.
"Aku sekarang dekat dengan Argi."
"Aku tahu."
Keyla menghela napas. "Kau..."
"Bagaimana kalau kita makan?" Aku mengalihkan pembicaraan.
"Kau selalu mengalihkan hal ini. Aku bosan." Tak kuat Keyla menahan air yang menggenang di pelupuk matanya. Aku sadar hal ini sangat muskil untuk diteruskan. Hubungan ini seharusnya mencapai kepastian. Tapi ada apa dengan mulut ini. Aku tak sanggup mengatakannya. Aku memang tahu dia benci dengan keadaan ini. Sama halnya denganku. Tapi aku butuh waktu. Waktu untuk membuat segalanya pasti.
"Maaf," tiba-tiba terucap kata itu.
Keyla yang terisak menatapku tak percaya. "Menurutmu, aku membutuhkan kata itu?" Dia menggeleng-geleng sembari meredakan tangisnya.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
Sekilas Keyla menatapku tajam. "Sudahlah Keenan aku letih. Aku masuk duluan." Keyla membalikkan badannya menuju pintu rumahnya. Pada saat itu adalah saat terakhir dia menatapku.

Detik di mana jiwaku mati. Hari di mana tubuhku tenggelam dalam lumpur kekalahan. Atau keterlambatan? Tapi tidak mungkin di hari aku hendak mengutarakannya. Mengapa terjadi justru ketika aku hendak menyatakan perasaanku? Aku tidak mengerti. Oh, Tuhan ini jelas salahku.
Namun, entah kerasukan apa, aku menghampiri Keyla. Kusodorkan tangan kananku padanya. "Selamat, ya."
Dia menoleh padaku. Wajah riangnya seketika berubah. Tapi aku tidak dapat membaca raut apa yang sedang ia tampilkan padaku.
"Terima kasih," katanya tanpa membalas uluran tanganku. Tanpa senyum. Dia membalikkan badan seperti dua minggu lalu. Dan aku kaku seperti dua minggu lalu tidak dapat berbuat apa-apa. Oh, tidak! Kali ini aku harus...
"Keyla!" ujarku memanggilnya.
Dia berhenti. Tapi, tidak menoleh. Aku diam. Keyla kembali melangkah membelakangiku. Bodoh!
"Maaf, tapi aku akan menunggu. Menunggumu..."
Semoga angin mengirimkan suara hatiku itu. Semoga tidak lagi terlambat. Semoga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar